Assalamu'alaikum wr. wb.
Kali ini Scouting Legion Blog's akan memposting tentang sejarah anime dan masuknya anime di Indonesia, silahkan disimak ...
Anime (
\アニメ) adalah Animasi Jepang (
Japanese Animation)
yang banyak digunakan di berbagai serial TV, Film, Video, Games,
Komersial, dan Beberapa Situs Internet. Kian Lama Anime ini semakin
Populer. Banyak Serial TV Anime yang diambil dari Manga (Komik Jepang).
Nama Anime diambil dari kata
Animation yang berarti
Animasi. Di Jepang, Pelafalan kata Animation menjadi Anime-Shon, Kata
ini kemudian disingkat menjadi Anime yang berarti Animasi buatan Jepang.
Lalu bagaimana Perkembangan Animasi Jepang ini ?
Animasi mulai
ada di Permulaan abad ke-20, saat para pembuat Film mengeksperimenkan
Teknik Animasi yang sudah ada di Amerika Serikat, Prancis, Jerman dan
Russia. Sejarah karya animasi di Jepang diawali dengan dilakukannya
First Experiments in Animation oleh
Shimokawa Bokoten,
Koichi Junichi, dan
Kitayama Seitaro pada tahun 1913. Kemudian diikuti film pendek karya
Oten Shimokawa yang merupakan Anime pertama. Anime ini berjudul
Imokawa Mukuzo Genkanban no Maki,
Anime ini dibuat dan selesai pada tahun 1917, Anime ini hanya
berlangsung selama 5 menit dan sampai sekarang Anime itu tidak dipakai
lagi... Anime ini bercerita tentang seorang samurai sedang mengetes
Pedangnya dengan suatu Target. Pada saat itu Oten membutuhkan waktu 6
bulan hanya untuk mengerjakan animasi sepanjang 5 menit tersebut dan
masih berupa “film bisu”. Karya Oten itu kemudian disusul dengan anime
berjudul
Saru Kani Kassen dan
Momotaro
hasil karya
Seitaro Kitayama pada tahun 1918, yang dibuat untuk pihak
movie company Nihon Katsudo Shashin (
Nikatsu). Pada tahun 1918 Seitaro kembali membuat anime dengan judul
Taro no Banpei. Tetapi semua catatan tentang anime tersebut dikatakan hilang akibat gempa bumi di Tokyo pada tahun 1923.
.
Pada
tahun 1927, Amerika Serikat telah berhasil membuat animasi dengan
menggunakan suara (pada saat itu hanya menggunakan background music).
Jepang kemudian mengikuti langkah itu dan anime pertama dengan
menggunakan suara musik adalah
Kujira (1927) karya Noburo Ofuji.

Sedangkan
anime pertama yang “berbicara” adalah karya Ofuji yang berjudul Kuro
Nyago(1930) dan berdurasi 90 detik. Salah satu anime yang tercatat
sebelum meletus Perang Dunia II dan merupakan anime pertama dengan
menggunakan optic track (seperti yang digunakan pada masa sekarang)
adalah Chikara To Onna No Yononaka (1932) karya Kenzo Masaoka.
Lama sesudah itu, tahun 1962 ada Anime yang merupakan Salah Satu Anime yang memasuki Era kesuksesan pertama. Anime ini bernama
Tetsuwan Atom (Di Luar Jepang, Anime bernama
Astro Boy) Karya
Ozamu Tezuka.
Astro Boy sangat Terkenal, bahkan sampai ditayangkan ke beberapa negara
di luar Jepang. Namun, Astro Boy bukanlah animasi televisi buatan
lokal pertama. Tahun 1960 adalah pertama kalinya ditayangkan anime TV di
Jepang, yaitu yang merupakan
Mittsu no Hanashi (Tree Tales) – The Third Bloodanime TV Special. Ozamu Tezuka dikatakan sebagai "Legenda dan Dewa para Manga". Astro Boy dibuat oleh
Osamu Tezuka Production Animation Departement yang didirikan oleh Ozamu Tezuka (Dia mendirikan perusahaan baru ini di tahun 1962).
Seiring
permulaan tahun 1970, Populasi pembelian Manga semakin Melonjak. Robot
(Mecha) besar dalam anime pertama kali diperkenalkan pada tahun 1966
melalui karya
Shotaro Kaneda, Tetsujin 28. Sejak itu mulai bermunculan anime-anime yang bertema hampir serupa, Contohnya
Gundam.
Anime yang diangkat dari karya mangaka dengan nama Monkey Punchyaitu
Lupin Sansei (Lupin III) menjadi anime yang ditujukan bagi penonton
dewasa dengan menyajikan humor-humor dewasa dan slapstick violence.
Acara televisi ini ternyata sangat digemari sehingga muncul dalam bentuk
film dan bahkan serial televisinya pun dibuat menjadi 2 sekuel.
Memasuki
era 80-an, anime semakin digemari dan semakin banyak produser film yang
berusaha memenuhi keinginan masyarakat. Pertumbuhan ini semakin
ditunjang dengan

munculnya kaset video sebagai media. Dengan adanya teknologi VCR,
masyarakat bisa memperoleh anime kesayangan mereka dalam bentuk video.
Hal inilah yang kemudian mendorong munculnya versi video sebuah anime
yang langsung dijual kepada masyarakat tanpa harus ditayangkan di
televisi terlebih dahulu. (Dikenal dengan istilah
OVA - Original Video Animation atau OAV - Original Animated Video).
Keiji Nakazawa mengangkat tema korban Hiroshima dengan judul
Hadashi no Gen yang diangkat menjadi anime pada tahun 1983 dengan sutradara
Masaki Mari. Salah satu anime terkenal yang mengangkat tema serupa adalah
Hotaru no Haka (
Grave of the Fireflies).
Dengan bermunculannya anime-anime dengan tema yang kompleks dan
mendalam, maka anime telah menembus batasan “hanya untuk anak-anak” dan
telah menjadi tontonan bagi berbagai macam tingkat usia pemirsa.
Anime masuk di Indonesia pertama kalinya
adalah sekitar awal tahun 1980-an yang pada masa tersebut hadir dalam
format video kaset. Tahun-tahun selanjutnya perjalanan hidup anime
mengalami pasang surut dan sempat vakum seiring berakhirnya era mesin
video Beta pada akhir tahun 1980-an. Sedangkan stasiun televisi lebih
banyak memberikan jam tayangnya untuk animasi buatan Amerika atau Eropa
yang dianggap lebih mudah memperoleh popularitas. Anime kemudian tidak
lagi dianggap sebagai suatu trend sehingga sedikit demi sedikit mulai
ditinggalkan.
Hingga akhirnya pada pertengahan tahun 1990-an
anime mulai kembali eksis dan merupakan hal yang menggembirakan bagi
penggemar anime di Indonesia. Stasiun-stasiun televisi mulai kembali
gencar menayangkan acara anime. Saint Seiya, Sailor Moon, Magic Girls,
Magic Knight Rayearth, Dragon Ball, Shulato dan masih banyak judul
lainnya yang pernah ditayangkan mendapatkan respon positif dari pada
penggemarnya dimana masih tetap eksis walaupun sebagai kelompok
minoritas dan secara tidak langsung mendukung perkembangan anime di
Indonesia.
Kemudian
pada tahun-tahun terakhir ini anime mulai kembali menjadi booming lagi
di Indonesia. Seperti yang dapat dilihat dari kepopuleran anime Pokemon
dan Crayon Shinchan yang menghebohkan sekaligus paling kontroversial
pada beberapa tahun yang lalu. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya
porsi tayang untuk anime yang mulai mendominasi program film animasi di
berbagai stasiun televisi. Beberapa diantaranya seperti Doraemon, Saint
Seiya, Sailor Moon, Crayon Shinchan, Medabots, Card Captor Sakura,
Beyblade, Inuyasha, Pokemon, Digimon, Minky Momo, Creamy Mami, Shaman
King, Ghost at School. Bubu Chacha, One Piece, Hunter X Hunter, Cashern
dan Hamtaro.
Tahun 1980-1989
Berawal
dari serial Google V, Ultraman hingga anime klasik seperti Voltus V,
Macross, Gundam bahkan dorama Klasik Oshin, sedikit demi sedikit
masyarakat Indonesia mulai diperkenalkan kepada bentuk dan jenis hiburan
yang berasal dari Jepang (J-Entertaintment). Pertama kali anime masuk
di Indonesia adalah sekitar awal tahun 1980-an yang langsung menjadi
trend di masyarakat. Hal ini disebabkan karena anime-anime pada masa
tersebut merupakan pelopor dari eksistensi anime di Indonesia. Yaitu
untuk pertama kalinya masyarakat mengenal anime, yang sama sekali
berbeda dengan film-film animasi buatan Amerika atau Eropa Barat yang
sebelumya merajai dominasi film di animasi Indonesia. Masyarakat
memandang anime sebagai suatu bentuk hiburan baru yang unik dan menarik
sehingga dengan cepat meraih popularitas. Penonton anime di Indonesia
pada masa tersebut terutama adalah anak-anak.
Pada
periode tersebut anime beredar dalam bentuk format video cassete yang
muncul seiring dengan populernya mesin video Beta. Dan yang sangat
berperan besar dalam peredaran dan perkembangan anime pada saat itu
adalah Trio Video Tara, yaitu sebagai satu-satunya distributor resmi
anime di Indonesia.
Anime yang masuk di Indonesia terutama adalah
judul-judul yang populer dan dibuat di Jepang pada era 1970-an, yaitu
anime genre science fiction yang banyak menampilkan cerita dengan mecha
Super Robot, seperti Voltus V, God Sigma, Captain Giking, Getta Robo,
atau Star Blazers. Selain genre science fiction, di Indonesia juga
terdapat anime dengan genre komedi seperti Doraemon, genre Magical Girls
seperti Lulu The Flower Angel, atau genre drama romance seperti
Candy-Candy dan lain sebagainya.
TVRI sebagai satu-satunya
stasiun televisi di Indonesia pada masa itu juga turut berperan dengan
menayangkan anime. Dimulai dengan ditayangkannya anime Kum-Kum (Wanpaku
Omukasi Kum-kun), sejak saat itu secara perlahan tapi pasti animo
masyarakat terhadap anime mulai tumbuh.
Tahun-tahun selanjutnya
perjalanan hidup anime mengalami pasang surut dan sempat vakum seiring
dengan berakhirnya era mesin video Beta pada akhir tahun 1980-an. Hal
ini juga dikarenakan stasiun televisi lebih banyak memberikan jam
tayangnya untuk animasi buatan Amerika atau Eropa yang dianggap lebih
mudah memperoleh popularitas. Trend anime kemudian mulai memudar dan
sedikit demi sedikit ditinggalkan dan masyarakat beralih ke sesuatu yang
lebih populer pada saat itu. Tetapi bagi para penggemar anime
sesungguhnya yang tidak hanya sekedar mengikuti trend, masih tetap eksis
walaupun hanya sebagai kelompok minoritas diantara dominasi film
Amerika terutama produksi Disney.
Keberadaan serial TV Oshin di TVRI tahun 1989.
Kum-Kum, anime yang pertama kali masuk ke Indonesia.
Minky Momo Ending (Tayang Ulang Space Toon)
Tahun 1990-1999
Anime mulai kembali eksis di Indonesia
pada awal tahun 1990-an, yaitu seiring dengan bermunculan
stasiun-stasiun televisi baru seperti RCTI disusul kemudian oleh SCTV
dan Indosiar. Stasiun-stasiun TV tersebut mulai gencar menayangkan
sejumlah judul anime yang kemudian menjadi hits atau populer terutama
oleh target pemirsa anak-anak, diantaranya seperti Doraemon, Saint
Seiya, Sailor Moon, Magic Girls, Magic Knight Rayearth, Born to Cook,
Dragon Ball, Shulato dan masih banyak judul lainnya yang pernah
ditayangkan oleh stasiun televisi sehingga secara tidak langsung
mendukung perkembangan anime di Indonesia.
Anime Doraemon mulai
diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia sejak tahun 1991 yang
ditayangkan oleh RCTI. Kisah serial Doraemon yang menampilkan kehidupan
sehari-hari dari karakter Doraemon, Nobita, dan kawan-kawannya ini
menjadi sangat populer dikalangan anak-anak bahkan orang dewasa. Hal ini
karena meskipun dengan cerita yang sederhana karena memang ditujukan
untuk target pemirsa anak-anak, namun ditampilkan secara menarik
sehingga serial ini sampai sekarang mampu bertahan hingga selama lebih
dari 20 tahun sejak pertama kali penayangannya.
Meskipun belum
dapat mengalahkan dominasi film-film animasi Amerika namun dapat
dikatakan dengan ditayangkannya anime-anime tersebut merupakan suatu
pernyataan bahwa anime masih dapat berkembang dan diterima oleh
masyarakat. Hal ini tentu saja mendapat respon positif serta merupakan
sesuatu yang menggembirakan bagi para otaku di Indonesia.
Kemudian
karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, anime pun berada dalam
kondisi kritis. Hal ini dapat dilihat dari jumlah jam tayang anime di
televisi yang mulai menunjukkan penurunan, dimana juga sempat
memunculkan kekhawatiran dari para otaku bahwa sekali lagi perjalanan
hidup anime berakhir sampai disitu saja.
Hingga akhirnya pada
akhir tahun 1990-an anime mulai kembali booming dan menjadi trend karena
adanya ‘demam’ Pokemon (Pocket Monster) yang melanda Indonesia. Siapa
yang tidak ingat dengan Pokemon? Pokemon adalah salah satu nama dagang
paling kontroversial di dunia ini. Mulai dari jasanya dalam
mempopulerkan Game Boy, sistem game handheld terlaris di dunia, hingga
mendapatkan penghargaan lewat tokoh Pikachu yang dinobatkan sebagai
salah satu figur paling berpengaruh di dunia. Disusul kemudian
kesuksesan versi manga, serial anime, dan anime movie yang bahkan meraih
sukses besar di Amerika.
Trend anime ini juga didukung dengan
munculnya distributor resmi yang berusaha memenuhi kebutuhan otaku akan
masuknya lebih banyak anime di Indonesia. Sejak tahun 1999, P.T. Ardya
Insani Internasional yang dikenal dengan Tora Home Entertainment selaku
pemegang lisensi di Indonesia, bekerja sama dengan pihak Animation
International Ltd (AI) yang merupakan distributor anime dari
studio-studio ternama di Jepang. Dengan adanya kerjasama tersebut, pihak
Tora berhasil mendapatkan ijin resmi untuk mendistribusikan sejumlah
anime-anime populer seperti Neon Genesis Evangelion (Shin Seiki
Evangelion), Curious Play (Fushigi Yuugi), Flame of Recca (Recca no
Honou), Clamp School, Macross, dan lain sebagainya yang beredar dalam
bentuk VCD.
Berikut ini adalah video yang mungkin membangkitkan kenangan Anda
Born to Cook Opening
Dragon Ball Opening
Time Quest Opening
Patlabor Opening
Pada periode ini pastilah Anda mengenal semua anime yang akan dibahas
disini, periode ini adalah puncak kesuksesan anime di Indonesia dengan
hadirnya TV7 sebagai stasiun TV yang paling banyak menyiarkan
anime-anime pada masa itu. Artikel bagian akhir ini lumayan agak
panjang, silakan menikmati.
Tahun 2000-2003
Anime
mulai kembali meraih kesuksesan besar setelah stasiun televisi SCTV
membuat gebrakan baru dengan program Animax-nya menayangkan anime
Rurouni Kenshin yang diubah dengan judul Samurai X. Kisah seorang
samurai pengembara ini menjadi demikian populer sehingga anime mengalami
‘kebangkitan’ kembali yang masih berlangsung hingga beberapa tahun
kemudian. Serial anime Pokemon misalnya, ditayangkan pada jam tayang
utama di SCTV dan termasuk yang pertama di Indonesia untuk tayangan film
animasi. Hal ini merupakan suatu bukti nyata terhadap pengakuan
keberadaan anime di Indonesia, karena melalui tayangan-tayangan tersebut
sekali lagi masyarakat diperkenalkan bahwa sesungguhnya anime bukanlah
sekedar hiburan untuk anak-anak saja. Hal ini dapat dilihat dari
kecenderungan pemirsa yang lebih dewasa juga semakin menyukai film-film
animasi buatan negeri Sakura tersebut.
Selain itu tayangan anime
juga tampak mulai mendominasi tayangan film-film animasi di sejumlah
stasiun televisi. Dunia anime di Indonesia memasuki babak baru dalam
perkembangannya yang dianggap signifikan. Hampir setiap hari ditayangkan
serial anime-anime populer, beberapa diantaranya seperti Samurai X,
Sakura Wars, Dual!, Popolocrois, dan Pokemon oleh SCTV; Card Captor
Sakura dan Fushigi Yuugi oleh TPI; Crayon Shinchan oleh RCTI; Meitantei
Conan dan Inuyasha oleh Indosiar. Genre anime yang ditayangkan juga
lebih beragam jika dibandngkan dengan anime-anime yang masuk pada
periode 1980. Menyusul kesuksesan Pokemon, mulai gencar ditayangkan
anime-anime dimana memiliki tema karakter yang serupa yaitu seperti
Digimon Series maupun Monster Farm.
Selain
televisi, anime mulai mencoba merambah bioskop, yaitu dengan
menayangkan Doraemon the Movie. Anime movie dengan judul Daichohen
Doraemon, Nobita no Taiyou o Densetsu atau yang diterjemahkan sebagai
Doraemon Petualangan, Legenda Raja Matahari ini ditayangkan mulai
tanggal 29 Juni 2001.
Film
Doraemon ini merupakan anime versi layar lebar atau anime movie pertama
di Indonesia. Anime ini mengisahkan petualangan Doraemon bersama Nobita
dan kawan-kawannya di Negeri Mayana, Negeri ini terinspirasi oleh Maya,
sebuah kerajaan kuno di Amerika Tengah yang lenyap secara misterius
sebelum kedatangan para penakluk Spanyol. Di sana Doraemon dan
kawan-kawan membantu Pangeran Tio dalam menghadapi Redina, seorang
penyihir jahat.
Menariknya, versi manga dari anime ini sudah
ditebitkan oleh P.T Elex Media Komputindo dengan judul yang sama,
sebagai seri ke-20 Doraemon Petualangan. Penayangan anime dan penerbitan
manga yang nyaris bersamaan ini sepertinya bukan kebetulan. Apalai
anime ini mengalami sulih suara yang dikerjakan oleh tim dari serial
Doraemon di RCTI. Semua ini tampaknya dibuat untuk memperingati 30 tahun
kisah Doraemon dan 10 tahun keberadaan Doraemon di Indonesia. Meskipun
tidak mengalami sukses yang luar biasa namun dengan penayangan Doraemon
tersebut boleh dibilang sebagai langkah awal. Setelah ini, para
penggemar anime boleh optimis terhadap keberadaan anime di bioskop
Indonesia. Dan sudah waktunya layar bioskop menayangkan anime untuk
target pemirsa usia remaja ke atas. Judul-judul anime legendari seperti
Akira, Ghost in The Shell, Grave of Firefiles, dan Macross Plus sudah
sangat dinantikan. Terlebih lagi setelah kemenangan Sen to Chihiro no
Kamikakushi yang mendapatkan Academy Award sebagai film animasi terbaik
pada bulan Maret 2003 yang lalu.
Selanjutnya hampir di sebagian
besar stasiun televisi menayangkan anime. Bahkan beberapa diantaranya
mempunyai program khusus untuk tayangan anime, seperti yang dilakukan
oleh stasiun televisi baru pada jaman itu, TV7, sebagai salah satu anak
perusahaan Gramedia, menayangkan program khusus anime setiap hari Senin
hingga Jumat pada sore hari. Lalu, anime tidak hanya dapat dinikmati
pada setiap hari Minggu pagi saja seperti yang terjadi sebelumnya,
bahkan dapat dijumpai tayangan anime yang diputar setiap harinya selama
seminggu. Jumlah tayang anime yang diputar di televisi sampai sudah
tidak terhitung lagi karena begitu besar antusiasme pihak stasiun
televisi untuk saling berlomba-lomba memanfaatkan momen trend anime ini.
Seperti terobosan yang dilakukan Trans TV dalam menayangkan anime Movie
dengan tema yang cukup ‘berat’ pada jam tayang utama (Prime Time),
yaitu Blue Submarine No. 6 (Ao no Roku Go) dan Jin Roh: the Wolf
Brigade.
Stasiun TV7
Pada
periode ini, kepopuleran anime sudah begitu sangat luar biasa sampai
kepada kondisi yang sulit dibayangkan sebelumnya. Semenak akhir tahun
1990-an yang berlanjut hingga tahun 2000-an, jalur peredaran anime di
Indonesia lebih banyak melalui rental maupun toko anime dalam format
VCD/DVD. Hal ini semakin bertumbuh seiring dengan menjamurnya komunitas
anime di Indonesia. Sehingga dengan demikian para otaku di Indonesia
dapat terus mengikuti perkembangan anime terbaru yang sedang diputar
atau digemari di Jepang. Kini jauh lebih mudah untuk mencari dan
mendapatkan berbagai macam judul anime, bahkan para otaku dapat
menikmati tontonannya hanya dalam jangka waktu beberapa hari setelah
penayangannya di Jepang. Diantaranya seperti Wolf’s Rain, Saint Seiya:
Hades Chapter, Ghost in The Shell: Stand Alone Complex, Junni Kokki, dan
lainnya yang ditayangkan oleh televisi-televisi Jepang.
Tidak dapat disangkal bahwa anime mempunyai kaitan yang erat dengan
trend. Berkat adanya trend anime, secara tidak langsung memiliki
pengaruh terhadap eksistensi dan perkembangan anime di Indonesia. Untuk
masyarakat umumnya lebih banyak mengikuti apa saja yang sedang menjadi
trend terbaru.
Seperti yang tampak ketika fenomena Pokemon
melanda Indonesia, yaitu dimana banyak orang begitu menjadi tergila-gila
pada egala hal yang ‘berbau’ Pokemon terutama pada sosok karakter
Pikachu yang lucu. Animenya yang terlebih dahulu terkenal ketika beredar
daam format VCD tersebut kemudian menjadi salah satu judul yang paling
populer di Indonesia.
Terutama setelah anime Movienya berjudul Myuutsu ni Gyakushuu (Pokemon The First Movie)

ditayangkan
di bioskop-bioskop di Indonesia, booming Pokemon ini menjadi suatu
trend yang fenomenal pada tahun 2000 yang lalu. Melihat kesuksesan
Pokemon tersebut maka SCTV melihat peuang bagus untuk menayangkan anime
pada jam tayang utama yang mendapat respon posistif dari masyarakat.
Kenyataan bahwa anime dianggap sebagai suatu trend baru yang melanda
Indonesia ini juga dapat dilihat seperti munculnya ‘demam’ Shinchan yang
menghebohkan pada beberapa waktu yang lalu dimana sempat menjadi
perdebatan paling kontroversial.
Sedangkan untuk kalangan otaku,
pada dasarnya tidak terpengaruh atau hanya sekedar mengikuti pada apa
yang menjadi trend atau fenomena di masyarakat. Perkembangan trend anime
di kalangan otaku Indonesia lbih mengacu atau terpengaruh oleh trend
anime yang sedang berlangsung di Jepang. Dengan kata lain, anime yang
sedang digemari atau populer di Jepang umumnya juga populer di kalangan
otakuy Terlebih lagi setelah para otaku di Indonesia kini dapat dengan
mudah mendapatkan anime-anime terbaru yang sedang ditayangkan di Jepang
hanya selang beberapa hari saja melalui peredaran anime fansub.
Pada
tahun 1980-an, trend anime untuk pertama kalinya mulai melanda
Indonesia dimana disebabkan karena pengaruh dari maraknya trend anime
yang terjadi di Amerika. Anime-anime dengan genre mecha seperti Voltus
V, Goshogun, atau GodSigma menjadi populer pada masa tersebut. Namun
maraknya anime yang populer seiring dengan era mesin video Beta tersebut
kemudian mulai semakin memudar. Pada awal tahun 1990-an, anime kembali
menjadi sebuah trend ketika bermunculan stasiun-stasiun televisi baru
dan mulai menyiarkan anime di layar kaca, diantaranya seperti Doraemon,
Sailor Moon, dan Saint Seiya. Anime-anime itu mencapai sukses besar dan
menjadi totonan yang sangat dinantikan oleh target permirsa anak-anak
pada masa tersebut. Menjelang pertengahan tahun 1990-an, trend anime
mulai kembali pudar dan hanya bertahan pada kalangan pengemar dan otaku
saja.
ANime kemudian sekali lagi mulai terekspose setelah
maraknya peredaran VCD anime bootleg, pada akhir tahun 1990-an. Fenomena
ini didukung oleh banyaknya publikasi amajalah yang bermunculan dengan
menawarkan anime-manga sebagai tema utama. Majalah-majalah tersebut
seperti Animonster, AnimeInfo, Anime, Oops, Animix dan masih banyak
lainnya ini memanfaatkan momen trend anime tersebut dimana sekaligus
ingin turut membantu perkembangan anime di Indonesia. Dan sejak saat
itu, booming anime mulai smakin terasa dan masih berlangsung hingga saat
ini. Hal ini dapat dilihat dengan menjamurnya komunitas-komunitas anime
yang kini semakin berani menyerukan kecintaan mereka terhadap anime.
Momen
trend anime yang sedang terjadi di Indonesia ini, juga didukung oleh
sejumlah stasiun televisi dengan menayangkan lebih banyak anime. Bahkan
pada sejumlah stasiun televisi mempunyai program khusus anime. Trans TV
sebagai stasiun televisi baru di Indonesia pada amsa itu, melihat trend
anime yang sedang berkembang di Indonesia, yaitu dengan menayangkan
anime-anime populer seperti Ninku, Trigun, atau Flame of Recca. Yang
patut digarisbawahi adalah penayangan anime Movie denga tema’berat’
seperti Blue Submarine No. 6 dan Jin-roh: the Wolf Brigade serta rencana
penayangan anime yang dapat dikategorikan sebagai anime kontroversial
seperti Love Hina dan Neon Genesis Evangelion.
Berkat
adanya trend ini tentunya merupakan hal yang menggembirakan bagi
sebagian kalangan otaku di Indonesia. Karena hampir tiap harinya dapat
dijumpai sejumlah tayangan anime. Judul-judul anime tertentu yang tidak
terduga kemunculannya justru dijumpai tampil di layar televisi.
Apa
yang telah terjadi di masa lampau dengan boomingnya anime di Indonesia,
semoga dapat menjadi tonggak sejak sejarah bagi kita yang hidup di
periode yang sekarang ini. Semoga kesuksesan di masa lampau bisa kembali
terulang dimasa depan sehingga kita dapat disuguhi oleh anime-anime
yang menarik melaui stasiun televisi kita. Walaupun sekarang jamannya
sinetron dan anime sudah sangat memudar (karena trend sinetron yang
berkembang di masyarakat) tapi setidaknya ada pengharapan bagi kita yang
ingin melihat kembali kesuksesan anime di Indonesia.